Tuesday, July 31, 2012

Teori Marxis


 Alih bahasa dari buku yang berjudul "Critical Theory Today" karya Lois Tyson.



Apakah pendekatan Marxis masih relevan dengan kondisi yang ada pada saat ini? Bukankan Blok Komunis di Eropa telah runtuh? Dengan demikian Marxisme sudah tidak berlaku lagi. Tanpa mengikutsertakan Cina sebagai negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia dan masih konsisten dalam menjalankan sistem pemerintahan komunis, dua pertanyaan di atas sepertinya telah menafikan dua fakta penting. Pertama, selain komunitas yang relatif kecil dan berumur relatif singkat, sejauh yang kita ketahui bahwa masyarakat Marxis yang sesungguhnya belum pernah terbentuk di muka bumi ini. Masyarakat komunis, meskipun mereka mengklaim bahwa prinsip-prinsip yang digunakan didasarkan pada teori Karl Marx (1818-1883), pada kenyataannya tetap mempraktekan sistem oligarki dimana pemerintahan dilakukan oleh sekelompok kecil yang memiliki wewenang dalam mengatur keuangan dan senjata, serta memaksakan kebijakan-kebijakan kepada masyarakat dan melakukan kekerasan fisik dalam mejalankan fungsi kepatuhannya. Dan yang kedua, meskipun ketika masyarakat Marxis memang benar-benar terbentuk di negara-negara yang menjalankan paham komunis, dan saat ini tatanan dalam masyarakat Marxis sudah tidak berlaku lagi, teori Marxis akan tetap menjadi khazanah keilmuan tertentu yang akan memperkaya cara pandang kita dalam memahami sejarah dan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada saat ini. Teori Marxis dapat digunakan untuk menginterpretasi kegagalan rezim komunis. Bagaimanapun, sebelum melakukan interpretasi dengan menggunakan pendekatan Marxis terhadap serangkaian kejadian politik atau peristiwa apapun, kita tentunya harus memahami apa yang dimaksud dengan teori Marxis itu sendiri.  

Wednesday, February 1, 2012

Pendekatan Psikoanalisis



Alih bahasa dari buku yang berjudul “Critical Theory Today” karya Lois Tyson.


Sadar atau tidak konsep psikoanalisis telah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari, dengan demikian pendekatan psikoanalisis seharusnya menjadi sesuatu yang tidak asing lagi. Apabila kita pernah jengkel kepada seorang teman dan berkata “Kok marah-marahnya jadi ke saya?!” Kita sedang menuduh teman kita melakukan “displacement” atau pemindahan, istilah psikoanalisis untuk situasi dimana seseorang memindahkan kemarahannya kepada orang lain (biasanya orang yang menjadi pelampiasan kemarahan adalah individu yang tidak dapat menyerang balik atau melukai sesakit orang yang telah benar-benar membuat kita marah). Konsep-konsep psikoanalisis seperti persaingan antar saudara (sibling rivalry), sikap rendah diri dan tertutup (inferiority complexes) dan mekanisme pertahanan (defense mechanism) adalah hal-hal yang telah kita praktekan dan pahami tanpa harus mengenal dan mengetahui makna dari istilah-istilah tersebut. Sayangnya kebanyakan dari kita hanya memiliki ide sederhana terkait konsep dari perilaku-perilaku umum sehari-hari, dan karena perilaku-perilaku tersebut terus berulang maka membahasnya terkesan dangkal dan tidak ada gunanya. Selain itu, sebagian besar orang mungkin merasa resah karena psikoanalisa akan menyerang sudut pribadi manusia yang paling dalam dan mengungkapkan penyimpangan (secara mental) yang mungkin terjadi. Wajar kiranya jika kita menolak jargon-jargon psikologis dalam psikoanalisa, dan berkesimpulan bahwa psikoanalisa adalah sebuah pendekatan yang tidak dapat dipahami dan bahkan hampa makna. Oleh karenanya, kita seringkali melihat penolakan secara terang-terangan terhadap psikoanalisa sebagai perangkat untuk memahami perilaku manusia.




Kalau saja kita mau meluangkan sedikit waktu untuk memahami beberapa konsep dasar tentang pengalaman manusia yang ditawarkan psikoanalisa, maka kita akan memahami bahwa konsep-konsep psikoanalisis memang sewajarnya berlaku dalam kehidupan kita sehari-hari, dan kita akan mulai mengerti bahwa beberapa perilaku manusia sampai hari ini masih sangat menarik untuk dicermati.  Ketika psikoanalisa dapat membatu kita untuk lebih memahami perilaku manusia, maka metode tersebut pun tentunya akan dapat membantu kita untuk memahami naskah-naskah sastra yang juga mengisahkan tentang berbagai macam karakter manusia. Konsep-konsep yang akan dibahas pada kesempatan kali ini adalah prinsip-prinsip prikoanalisis yang dikembangkan oleh Sigmund Freud (1856-1939), yang teori-terorinya lebih dikenal sebagai “classical psychoanalysis”.  Kita harus mengingat bahwa dalam kurun waktu yang cukup lama Freud terus berusaha untuk memperbaiki dan memperbaharui prinsip-prinsip psikoanalisisnya, dan dalam proses perjalannya beberapa konsep memang mengalami perubahan.  Selain itu, banyak dari pemikiran-pemikiran Freud yang masih bersifat spekulatif. Ia berharap bahwa akan ada yang meneruskan mengembangkan ide-idenya tersebut, dan bahkan mungkin mengoreksi konsep-konsep tertentu dan memperbaharuinya dari waktu ke waktu. Di akhir pembahasan, beberapa konsep dari pakar psikoanalisis modern Jacques Lacan pun akan coba dimunculkan secara singkat.



Friday, December 23, 2011

HATI-HATI PENIPUAN DENGAN SKENARIO SALAH SATU ANGGOTA KELUARGA MENGALAMI KECELAKAAN



 
Tanpa bermaksud untuk mengajak teman-teman menjadi kurang bersemangat tapi dengan berat hati harus diakui bahwa menjalani kehidupan di negeri ini tidaklah mudah. Yang ingin saya sampaikan sekarang ini tentu bukanlah hal baru, kebanyakan dari masyarakat kita dalam kehidupan sehari-harinya memang sudah terbiasa dibombardir dengan segala bentuk penipuan, mulai dari Mama minta pulsa, hadiah mobil, tv, atau sejumlah uang dimana untuk mengambil hadiah tersebut, justru kita yang diminta mengirimkan sejumlah pembayaran terlebih dahulu sebagai uang muka untuk menebus hadiah. Alih-alih mendapatkan hadiah, malah uang di tabungan kita yang terkuras, atau ketika kita berniat untuk menjual rumah dan pasang ikan di internet, keesokannya banyak sekali telpon yang masuk dari orang-orang yang mengaku berminat membeli rumah, tapi pada kenyataannya semua hanya bohong belaka, justru yang menjadi incaran adalah uang yang mengendap di rekening tabungan kita.

 
Sebagai seorang yang memiliki keyakinan bahwa segala sesuatu itu harus diperoleh dengan kerja keras, maka bentuk-bentuk penipuan berupa iming-iming mendapatkan hadiah tidak pernah saya tanggapi. Bagaimanapun hal ini jangan sampai membuat kita lengah karena ternyata penipu terus berinovasi dan dengan kejamnya menyerang sisi psikologis kita yang paling dasar atau naluri kemanusiaan kita. Sangatlah wajar ketika orang tua sangat menyangi anaknya, kakak kepada adiknya, atau mungkin anak kepada orang tua, atau peduli pada anggota keluarga lainnya, dst. Tentunya kita akan sangat panik ketika mendapat kabar kalau salah satu anggota keluarga kita mendapat kecelakaan dan dalam kondisi kritis, tapi dari sinilah aksi penipuan itu bermulai.

Monday, October 31, 2011

Beberapa Pertanyaan Mendasar Seputar Teori Sastra


Alih bahasa dari buku yang berjudul "Critical Theory Today" karya Lois Tyson

 

Mengapa kita harus bersuah-payah mempelajari dan memahami teori kritik sastra? Apakah manfaat yang akan kita peroleh sesuai dengan upaya yang telah kita kerahkan? Akankah konsep-konsep abstrak yang kita pelajari (ketika kita berhasil memahami salah satu dari konsep tersebut) mengintervensi penafsiran alami dan personal kita terhadap karya sastra yang sedang kita apresiasi? Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah pertanyaan yang paling sering muncul di benak mahasiswa-mahasiswa semester awal pada khususnya dan penikmat sastra pada umumnya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut pun secara tidak sadar memicu keengganan masyarakat sastra untuk mempelajari teori kritik sastra dikarenakan dua alasan mendasar yaitu: (1) takut gagal dalam memahaminya dan (2) takut akan berkurangnya kenikmatan, ketertarikan dan koneksi magis dengan karya sastra yang merupakan alasan utama dalam membaca/mengapresiasi karya sastra. Kedua asumsi tersebut bukannya tidak beralasan.

Tuesday, October 25, 2011

Why I Write



 
Some of you might be confused since I sometimes write in Indonesian and occasionally in English (hang on, this is unusually manipulative. I'm lying to myself. I'm creating a scenario as if I've got several readers regularly visiting my blog. On the other hand I can't help it because I don't know how to start this writing without being deceitful, so let's continue). I fully realise that my English is not that good, nor my Indonesian so in the following pages you might just find a shallow piece of writing. I'm just a learner and I really need to practice so that's the reason why.

 
I would like to convey my motives to write. Nothing is peculiar, you're not going to find remarkable causes I'm warning you, it's just about a simple person who tries to be able to do something unexpectedly hard while some others might find it quite easy. I never liked Indonesian subject when I was at school. I hated a lot when teachers told me to write stories every time I came back from holidays. I didn't write diary when I was a little girl. I wish I had one but I was so afraid that my sisters or one of my friends would read it. They would humiliate me, and the humiliation might last in several years.

Saturday, March 19, 2011

Aloneness and Companionship


I never found the companion that was so companionable as solitude.
Henry David Thoreau, Walden, or Life in the Woods


Is that bad to be in a state of being alone? It might be bad when aloneness makes someone experience a powerful feeling of emptiness and isolation. Does aloneness provoke the emptiness feeling? Does everyone feel lonely only when he/she is alone? That is not necessarily correct. It is often said that it is possible to feel alone in a crowd and this is true. So, aloneness is possibly apart from feeling alone and lonely. If aloneness is viewed objectively, it probably means to survive alone. It probably becomes mode of life.



What is aloneness as mode of life? Aloneness is an isolation of heart and mind with others. Perhaps, other people don't understand what is going through deep inside of a person. They don't understand why somebody could live in that way. But, that person has conviction to live the life inside of him/her. It means that he/she doesn't live the life projected by people to him/her. There is a fundamental difference between lonely and being alone or aloneness, because everyone may be found to posses self-concern, self-occupation that has to be fulfilled, and this is the outstanding feature of human behavior. 

Wednesday, August 11, 2010

Kisah di Hari Minggu Pagi yang Biasa





Hembusan angin pagi pun menyapa wajahku dan
membawaku pada kenangan bersama orang-orang terkasih.
Sahabat-sahabat kecil pada masa sekolah dulu.
Masa yang sangat indah dimana aku bisa begitu sombong
dalam menapaki hari dan menggantungkan mimpi setinggi-tingginya.

Cuaca di hari minggu ini tidak bisa dibilang cerah tidak juga mendung, tapi dingin seperti biasanya. Dingin karena aku tinggal di wilayah pegunungan. Hembusan angin pagi pun menyapa wajahku dan membawaku pada kenangan bersama orang-orang terkasih. Sahabat-sahabat kecil pada masa sekolah dulu. Masa yang sangat indah dimana aku bisa begitu sombong dalam menapaki hari dan menggantungkan mimpi setinggi-tingginya. Maklum saja aku belum begitu paham dengan realita kehidupan pada saat itu. Sahabat-sahabatku pasti sudah tumbuh menjadi orang-orang hebat sekarang, atau setidaknya ku harap demikian. Untuk meredam rasa rinduku pada mereka, aku memproteksi diri dengan asumsi bahwa sebaiknya berhati-hati pada peristiwa yang teramat indah atau teramat pahit, karena bisa membuat diriku terjebak di dalamnya dan tidak melangkah maju. Bagaimana tidak, sahabat-sahabat lamaku sekarang pasti sudah bertumbuh dan memiliki kehidupan baru serta mengalami peristiwa-peristiwa baru yang jauh lebih menyenangkan, dan aku tentunya tidak sudi untuk selamanya terjerembab, mengingat-ingat kenangan di masa lalu dan berharap kenangan-kenangan di masa lalu tersebut akan muncul kembali. Hal itu teramat mustahil. Proteksi yang kutanamkan di benakku ternyata berhasil karena terkadang aku sudah tidak ingat lagi bagaimana rasanya rindu dan semua peristiwa kuhadapi dengan hambar saja. Aku tidak mau memaknainya dengan terlalu mendalam. Hanya saja sapaan angin di pagi itu menyadarkan diriku bahwa walau bagaimanapun perasaan rindu ini masih tetap ada, tersimpan rapih di dalam hatiku, meski susah payah coba kusingkirkan masih dapat muncul kapan pun.

Monday, December 14, 2009

Semantics

Semantic is the study of meaning (science of meaning), meaning based on dictionary, and definition by suggesting words or phrases which we are given to understand. Meaning itself is ideas or concepts which can be transferred from the mind of the speaker or writer to the mind of hearer or reader by embodying them, as it were in the form of one language or another. The context in meaning is very important because certain aspects of meaning change with the context of 'utterance'. Meanings, in short, are held to be objective, that is to say, they are not dependent on the ways any given person happens to understand them autonomous and disembodied. Furthermore, it is known that words, sentences, texts, and discourses have meaning in themselves.

Linguistik

1. Definition, Scope, Characteristics of Linguistics as a Scientific Study


  • Asal-usul Bahasa



Beberapa Teori Tradisional :


  • Johann Gottfried Von Herder (1744-1803) dalam On The Origin of
    Language mengatakan bahasa lahir karena dorongan manusia untuk mencoba-coba berpikir. Bahasa adalah akibat hentakan yang secara insting.



  • Charles Darwin (1809-1882) dalam Decent of Man yang dikenal dengan pooh-pooh theory berpendapat bahwa, bahasa manusia seperti halnya manusia sendiri berasal dari bentuk yang primitf, barangkali dari ekspresi emosi saja.

Saturday, December 12, 2009

Tak Ada yang Tetap Ada


Beberapa kenangan buruk di masa lalu seperti cemoohan, hinaan, ketidakpedulian membuatku memproteksi diri dengan sifat keras sehingga semua perlakuan buruk tersebut tidak lagi terasa menyakitkan. Sebagian diriku bersyukur karena dengan tumbuh dalam situasi yang tidak terlalu bersahabat telah menjadikan hidupku lebih mandiri dan berprinsip. Tetapi seharusnya aku tidak berdiam dalam kenyamanan sifat keras yang membuat diriku tetap kebas akan rasa sakit karena tak ada yang tetap ada, di mana dan sebagaimana telah adanya. Kekacauan yang lahir dari reaksi-reaksi kompleks yang tak berkesudahan suatu saat bisa saja terurai dan mereda, pergantian dan kombinasi terus bergulir dalam kehidupan. Tidak selamanya aku berada dalam situasi cemoohan, hinaan dan ketidakpedulian. Ada saat dimana roda berputar dan keadaan sepertinya lebih baik. Apabila aku tetap bersikukuh pada sifat kerasku maka aku akan menafikan keindahan yang ada dalam hidupku pada saat itu, tidak menghargai bahwa ada orang-orang yang begitu peduli sehingga aku tak perlu berjuang mati-matian seorang diri dalam mencapai setitik asa. Harusnya aku bisa lebih sadar bahwa telah banyak orang yang kulukai karena aku menampik kebaikan yang mereka tawarkan. Andai saja aku bisa lebih memaknai konsepsi filsafat Yunani kuno yang dirumuskan Heraclitus: segala-sesuatu itu ada dan tiada, karena segala-sesuatu itu mengalir, senantiasa berubah, senantiasa menjadi dan melenyap.

Kuingin Merubah Dunia!(Soliloquy Seorang Pemimpi)

"Hanya dengan penderitaanlah kita bisa merasakan indahnya kehidupan!" Itulah petikan beberapa kata indah dari seorang motivator ulung negeri ini yang terus menghiasi benak saya seusai menonton sebuah acara di televisi. Memang benar-benar ampuh khasiat dari ungkapan tersebut apabila keluar dari mulutnya. Dari mulut seseorang yang telah meluluh lantakkan cobaan hidup yang luar biasa berat dan kemudian merubahnya menjadi berkah. Cobaan dan berkah tampaknya bukan merupakan dua hal yang teramat kontras baginya. Ia adalah seorang pejuang sejati kehidupan yang terkadang kejam ini.

Saturday, December 5, 2009

Pengantar Kritik Sastra

1. Karya Sastra

Sastra secara harfiah berarti huruf atau tulisan, dalam makna luasnya yaitu pengungkapan baku dari apa yang telah disaksikan orang dalam kehidupan, apa yang telah dialami orang tentang kehidupan, apa yang telah direnungkan dan dirasakan orang mengenai segi-segi kehidupan yang paling menarik, pengungkapan seseorang mengenai dunia angan-angan yang dikhayalkannya sebagai dunia nyata atau pada hakekatnya adalah suatu pengungkapan kehidupan lewat bentuk bahasa (Hardjana, 1991).


  2. Bentuk-Bentuk Karya Sastra